Minggu, 01 Juli 2012

Proposal Sekripsi


A. Judul
Pengaruh Pemberian  Kompos Berbahan Dasar
Kulit Singkong (Manihot utilisima)
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
B. Latar Belakang
Seperti halnya manusia, tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman (Plant nutrient). Berbeda dengan manusia yang menggunakan bahan organik, tanaman menggunakan bahan anorganik untuk mendapatkan energi dan pertumbuhannya. Dengan fotosintesis, tanaman mengumpulkan karbon yang ada diatmosfir yang kadarnya yang sangat rendah, ditambah dengan air diubah menjadi bahan organik oleh klorofil dengan bantuan sinar matahari. Unsur yang diserap untuk pertumbuhan dan metabolisme tanaman dinamakan unsur hara tanaman.
Untuk meningkatan hasil panen tanaman padi, salah satunya dikarnakan terpenuhnya berbagai unsur hara yang terkandung dalam tanah. Unsur hara yang diperlukan dalam proses pertumbuhan tanaman khususnya tanaman padi adalah: Karbon(C), Oksigen(O), Nitrogen(N), Fosfor(P), Kalium(K). Menurut Rosmarkam A (2002:50) Menyatakan unsur hara yang paling terpenting dalam peningkatan pertumbuhan tanaman, yaitu unsur Nitrogen.  Selain unsur hara, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, khususnya tanaman padi, juga dipengaruhi pH tanah, yaitu berkisar 4 – 7.
Dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat satu unsur hara tanaman, maka kegiatan metabolisme dan pertumbuhan akan terganggu atau berhenti sama sekali (Rosmarkam, A dan Yuwono W.N, 2002: 29).
Tanaman Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 - 22 cm dengan pH tanah berkisar antara 4 – 7. Pada lapisan tanah atas untuk pertanian pada umumnya mempunyai ketebalan antara 10-30 cm dengan warna tanah coklat sampai kehitam-hitaman, tanah tersebut gembur. Sedangkan kandungan air dan udara di dalam pori-pori tanah masing-masing 25% (Anonim ª, 2007). Selain hal tersebut, tanaman padi tapat tumbuh baik dengan unsur hara yang terkandung dalam tanah (habitat padi tumbuh). Lahan tanaman padi disebut sawah, Sawah adalah lahan usaha pertanian yang secara fisik berpermukaan rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman budidaya lainnya.
Salah satu cara peningkatan pertumbuhan tanaman padi, yaitu harus terpenuhinya unsur hara dalam tanah. Salah satu cara untuk mengembalikan dan memperbiki unsur hara yang tersedia dalam tanah, bisa dilakukan dengan pemberian pupuk organik. Idealnya penggunaan pupuk organik yang dibutuhkan untuk satu hektar sawah adalah minimal 10 ton, namun yang paling ideal untuk mendapatkan hasil yang sangat baik dibutuhkan pupuk organik sebesar 20 ton per 1 hektar sawah (Dachlan, D, 2011: 2).
Singkong (Manihot utilisima) disebut juga umbi kayu atau ketela pohon merupakan bahan baku pada industri makanan dan tepung tapioka. Kulit singkong merupakan Limbah singkong yang umumnya sudah tidak dimanfaatkan dan terbuang. Kulit singkong tersusun atas dua jenis, yaitu kulit dalam dan kulit luar. Persentase jumlah limbah kulit bagian luar sebesar 0,5-2% dari berat total singkong segar dan limbah kulit bagian dalam sebesar 8-15% (Farihatuloh. I, 2010: 3).
Limbah berdasarkan nilai ekonomisnya dibagi menjadi dua, yaitu limbah yang mempunyai nilai ekonomis dan limbah nonekonomis. Limbah ekonomis adalah limbah yang dengan proses lanjut akan memberikan mamfaat. Contohnya kulit singkong.sedangkan limbah nonekonomis adalah limbah yang diolah dengan proses apapun tidak akan memberikan nilai tambah.
Berdasarkan hasil penelitian (Akanbi, 2007: 642), Kulit singkong dapat dijadikan bahan pembuatan pupuk organik. Hal ini dikarenakan kulit kulit singkong bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tumbuhan yang berpotensi sebagai insektisida tumbuhan tanaman. Kulit singkong memiliki kandungan  yang di butuhkan tanaman diantaranya yaitu; C (Karbon) sebesar 59,31% yang berarti terdapat carbon yang tinggi pada kulit singkong, pada H (Hidrogen) sebesar 9,78%, O (Oksigen) sebesar 28,74% , N (Nitrogen) sebesar 2,06 % , S (Sulfur) sebesar 0,11% dan H2O (Air) sebesar 11,4%.
Kulit singkong memiliki beberapa kandungan unsur hara yang diperlukan tanaman, maka kulit singkong dapat dijadikan bahan dasar pupuk organik. Pupuk organik menurut arti yang khusus adalah suatu bahan yang mengandung satu unsur atau lebih hara tanaman. Berdasarkan asalnya, pupuk organik di golongkan menjadi lima, yaitu: Pupuk organik sisa hasil pertanian, pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk gambut dan pupuk limbah industri (Cantina, M, 2005). Pupuk organik menurut arti yang umum merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami (Musnamar, 2003).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana pengaruh penambahan kulit singkong terhadap pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L).

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Untuk mengetahui pengaruh penambahan kulit singkong terhadap pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L).

E. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini pada intinya, sebagai berikut:
1.      Kegunaan  Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu biologi yang dimiliki terutama ilmu kesuburan tanah dan ilmu ekologi yang berkaitan dengan pengaruh penambahan pupuk organik bahan hijauan (Kulit singkong) terhadap  pertumbuhan tanaman.
2.      Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan  dapat menambah wawasan dan
 masukan bagi penulis dan pembaca (Petani tanaman padi) untuk meningkatkan hasil usaha dengan memampfaatkan kulit singkong sebaga bahan dasar pupuk organik.
3.      Kegunaan dalam bidang Pendidikan
Sebagai bahan pengayaan dalam mata pelajaran Biologi SMA XII khususnya pada konsep pengaruh pertumbuhan dan perkembangan tanaman akibat penambahan pupuk organik bahan hijauan yaitu Kulit singkong.

F. Kerangka Pemikiran
Setiap tanaman memerlukan unsur hara mineral, unsur hara esensial yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar, yang disebut unsur makro, seperti N, P, K, Ca, Mg, dan S. Sedangkan unsur yang diperlukan dalam jumlah yang sedikt disebut unsur mikro, yaitu Fe, Mn, Zn, B, Co, Al, Cu, Mo, B, fan Cl. (Rosmarkam, A. dan Yuwono, W.N. (2002), hal 30). Sedangkan unsur yang berperan paling penting dalam peningkatan pertumbuhan tanaman padi yaitu; Karbon(C), Oksigen(O), Nitrogen(N), Fosfor(P), Kalium(K) (Anonim A, 2007).
Kandungan unsur hara dalam tanah berbeda-beda, tergantung pada jenis hara, jenis tanaman, kesuburan tanah atau jenis tanah, pengolahan tanah dan pelestarian atau pemulihan unsur hara. Semakin kompleks penyediaan kandungan unsur hara, maka akan semakin tinggi tingkat kesuburan tanah, yang menyebabkan proses metabolisme dan pertumbuhan tanaman akan berlangsung baik. Untuk penyediaan unsur hara dalam tanah, maka diperlukan pemberian pupuk, diantaranya berasal dari limbah kulit singkong. (Farihatuloh, I, 2010: 6).
Idealnya penggunaan pupuk organik yang dibutuhkan untuk satu hektar sawah adalah minimal 10 ton, namun yang paling ideal untuk mendapatkan hasil yang sangat baik dibutuhkan pupuk organik sebesar 20 ton per 1 hektar sawah (Dachlan D, 2011: 2). Untuk jarak tanam yang ideal, tanaman padi di tanam dengan jarak tanam 18cm x 18 cm, dengan jumlah tiap rumpun berjumlah 12 tanman padi, sehingga kebutuhan pupuk organik tiap tanaman yaitu 65 gram.
Umbi Singkong biasanya hanya diambil dagingnya saja untuk digoreng atau direbus. Sedangkan kulitnya dibuang begitu saja atau di jadikan makanan untuk hewan ternak. Kulit singkong selama ini memang sering disepelekan dan dianggap sebagai limbah dari tanaman singkong.
Sampah kulit singkong sebenarnya termasuk dalam kategori sampah organik karena sampah ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Pengolahan limbah kulit singkong dapat dimanfaatkan sebagai kompos (Anonim B, 2011).
Menurut hasil penelitian Akanbi (2007:642), menyatakan bahwa kulit singkong memiliki beberapa unsur hara yang diperlukan tanaman, yaitu; Karbon(C), Nitrogen(N), Hidrogen(H), Oksigen(O), Air(H20) dan Sulfur(S).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa kulit singkong dapat membantu memperbaiki dan menambah unsur hara yang terdapat dalam tanah, sehingga kulit singkong dapat digunakan sebagai alternatif sebagai pupuk organik hal ini dikarnakan tanaman tanaman memerlukan nutrisi atau unsur hara selama masa hidupnya. Unsur hara atau nutrisi berperan penting dalam hal pertumbuhan dan perkembangan terutama tanaman padi.
Selain Penelitian Akanbi, Parihatuloh I (2010; 45), melakukan penelitian terhadap Pengaruh kompos limbah padat industri tepung tapioca terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah, dengan kesimpulan bahwa semakin banyak persentasi kadar pemberian kulit singkong, maka pengaruh pertumbuhan tanaman kacang tanah semakin baik, dibandingkan dengan pemberian ampas onggok (limbah padat industri tepung tapioka).

G. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikiran diatas dapat dibuat hipotesis sebagai beriku “Terdapat pengaruh yang positif dari pengaruh penambahan kulit singkong terhadap pertumbuhan tnaman padi (Oryza sativa L).
           
H. Tinjauan Teoritis
1. Tinjauan Biologis Padi (Oryza sativa L)
A. Klasifikasi Padi
Menurut Tjitrosoepomo G (2007: 440), dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman padi diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisio             : Spermatophytae
Subdivisio       : Angiospermae
Kelas               : Monocotyledonae
Ordo                : Poales
Famili              : Graminae
Genus              : Oryza Linn
Spesies            : Oryza sativa L.
B. Morfologi Padi
Akar  tanaman  padi berfungsi menyerap air dan unsur  haradari dalam tanah. Unsur hara tanaman pada dasarnya berasal dari mineral tananh yang mengalami pelapukan dan bahan organik yang mengalami mineralisasi.
Pertumbuhan tanaman padi dimulai dari proses perkecambahan benih. kemudian Akar pertama muncul yaitu akar tunggang kemudian setelah lima sampai enam hari akan tumbuh akar serabut. Akar ini hanya dapat menembus lapisan tanah bagian atas atau lapisan olah tanah yaitu berkisar antara 10 - 11 cm. Pada umur 30 hari setelah tanam, akar akan dapat menembus hingga kedalaman 18 Cm dan pada umur 50 hari akar sudah mulai dapat menembus lapisan tanah di bawahnya (sub soil) yaitu berkisar 25 Cm (Anonim ª, 2007).
Daun padi mula-mula muncul pada saat perkecambahan. Daun tanaman padi tumbuh pada batang dengan susunan yang berselang-seling, satu daun pada tiap buku. Pertumbuhan daun yang satu dengan daun berikutnya (daun baru) mempunyai selang waktu Tujuh hari dan kemudian akan muncul daun baru lainnya (Suharno, 2005).
Batang tanaman padi mempunyai batang yang beruas-ruas panjang, Batang tanaman padi terbentuk dari umur sepuluh hari dan maksimum pada umur limapuluh sampai enampuluh hari sesudah tanam. Sebagian dari batang tanaman padi yang telah mencapai batas maksimum akan berkurang karena pertumbuhannya yang lemah, bahkan mati. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya disebabkan karena persaingan antara anakan, saling terlindung, kekurangan nitrogen dan juga jarak tanam (Hasyim, 2000).
Anakan muncul pada batang utama dalam urutan yang bergantian. Anakan primer tumbuh dari buku terbawah dan memunculkan anakan sekunder. Anakan sekunder ini pada gilirannya akan menghasilkan anakan tersier (Suharno, 2005). Anakan terbentuk dari umur 10 hari dan maksimum pada umur 50 – 60 hari sesudah tanam. Sebagian dari anakan yang telah mencapai batas maksimum akan berkurang karena pertumbuhannya yang lemah, bahkan mati. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya disebabkan karena persaingan antara anakan, saling terlindung, kekurangan nitrogen dan juga jarak tanam (Tjitrosoepomo G, 2002:450).
Bunga padi merupakan bunga telanjang yang mempunyai satu bakal buah, enam buah benang sari serta dua tangkai putik. Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Malai terdiri dari delapan samapi sepuluh buku yang menghasilkan cabang – cabang primer selanjutnya menghasilkan cabang – cabang sekunder. Dari buku pangkal malai akan muncul hanya satu cabang primer, tetapi dalam keadaan tertentu buku tersebut dapat menghasilkan dua sampai tiga cabang primer. Jumlah cabang setiap malai berkisar antara lima belas sampai dua puluh buah dan setiap malai bisa mencapai 100 - 120 bunga (Tobing, 1995).
Gabah atau buah padi adalah ovary yang telah masak, bersatu dengan lemma dan palea. Buah ini merupakan hasil penyerbukan dan pembuahan.
C. Syarat tumbuh tanaman Padi
Pertumbuhan kehidupan tanaman padi sangat berhubungan dengana kesuburan tanah dan ketersediaan unsur hara. Unsur hara yang paling berperan dalam proses pertumbuhan yaitu; Karbon(C), Oksigen(O), Nitrogen(N), Fosfor(P), Kalium(K).
Tanaman Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 m dpl dengan temperatur 19 - 27 ºC, memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Tanaman padi membutuhkan curah hujan berkisar 200 mm /bulan atau lebih, dengan distibusi selama empat bulan, dengan curah hujan pertahun sekitar 1500 - 2000 mm (Anonim ª, 2007).
Padi dapat tumbuh baik pada tanah yang ketebalan lapisannya atasnya antara delapan belas sampai duapuluh dua cm dengan pH tanah berkisar antara empat sampai tujuh. Pada tanah yang asam efisiensi bakteri dalam mengikat N dari udara berkurang. Sedangkan pada tanah yang terlalu basa, unsur haranya kurang tersedia.
Pada lapisan tanah atas untuk pertanian pada umumnya mempunyai ketebalan antara sepuluh sampai tigapuluh cm dengan warna tanah coklat sampai kehitam-hitaman, tanah tersebut gembur. Sedangkan kandungan air dan udara di dalam pori-pori tanah masing-masing 25% TjitrosoepomoG, 2002 464). Selain hal tersebut, tanaman padi tapat tumbuh baik denagn pemberian pupuk organik.
            2. Kandungan Kulit singkong (Manihot Utilisima)
Kulit singkong merupakan limbah singkong yang umumnya sudah tidak dimanfaatkan dan terbuang, dalam hal ini yang dimaksudkan. Kulit singkong tersusun atas dua jenis,t yaitu kulit dalam dan kulit luar. Presentase jumlah limbah kulit bagian luar sebesar 0,5-2% dari berat total singkong segar dan limbah kulit bagian dalam sebesar 8-15% (Farihatuloh I, 2010: 17).
Berdasarkan hasil penelitian (Akanbi, 2007:642), Kulit singkong dapat dijadikan bahan pembuatan pupuk organik. Hal ini dikarenakan kulit kulit singkong bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tumbuhan yang berpotensi sebagai insektisida tumbuhan tanaman. Kulit singkong memiliki kandungan  yang di butuhkan tanaman diantaranya yaitu sebagai berikut: Kandungan C (Karbon) sebesar 59,31% yang berarti terdapat karbon yang tinggi pada kulit singkong, H (Hidrogen) sebesar 9,78%, O (Oksigen) sebesar 28,74% , N (Nitrogen) sebesar 2,06 % , S (Sulfur) sebesar 0,11% dan H2O (Air) sebesar 11,4%.
Karbon (C) diambil oleh tanaman berupa CO2 dari udara (atmosfir). Kegiatan ini dilakukan oleh organ tanaman yang memiliki klorofil. Klorofil mampu menyerap energi cahaya dan mengubahnya menjadi energi kimia. Tanpa adanya CO2 di udara, maka kehidupan tanaman akan terhenti. Menurut Konova (1966:48) sumber utama CO2 di alam berasal dekomposisi bahan organik sisa sisa-sisa tanaman atau hewan dan dari respirasi invertebrata, bakteri serta fungi.
Atom Hidrogen (H) diserap tanaman padi berupa air (H2O). Atom H merupakan unsur penting penyusun molekul organik (CHO). Mengel dan Kirkbi (1987: 50) menganggap bahwa air merupakan hara tanaman seperti juga CO2, NH2. Air yang digunakan untuk proses fotosintesis sekitar 0,01% dari seluruh keperluan air yang digunakan oleh tanaman dan berfungsi sebagai pelarut senyawa anorhganik,organik gula, pengangkut hara tanaman, reaksi biokimia dan hidratasi.
Nitrogen (N) merupakan hara makro utama yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO3- atau NH4+ dari tanah. Kadar N dalam jaringan tanaman rata-rata harus memiliki kadar 2% - 4%. Menurut Mengel dan Kirkby (1987), pada pH rendah, nitrat diserap lebih cepat dibandingkan dengan amonium; sedangkan pH netral, kemungkinan penyerapan keduanya seimbang. Pemupukan N akan menaikan produksi dan pertumbuhan tanaman.
Sulfur (S) diserap tanaman dalam bentuk SO4- dari tanah oleh akar, yang kemudian akan direduksi dan diubah menjadi ikanatan S-S- atau S-H. Di dalam tanah, sebagian sulfur dalam bentuk senyawa organik dan sebagian lagi dalam bentuk anorganik. Peranan utama S bagi tanaman padi  yaitu menaikan kadar methionin, sistein dan total S dalam jaringan tanaman. S juga berperan penting dalam pembentukan ikatan disulfida antara rantai protein  (Rosmarkam, A. dan Yuwono, W.N, 2002: 66).
3. Pupuk Kompos Organik.
Dikarnakan kulit singkong memiliki beberapa kandungan unsur hara yang diperlukan tanaman, maka kulit singkong dapat dijadikan bahan dasar pupuk organik.
Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Dapat dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan terpenting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah secara aman, dalam arti produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia (Musnamar, 2003).
Pupuk organik yang berbahan dari kulit singkong adalah pupuk alami yang dapat menambah unsur hara di dalam tanah. Kompos mempunyai kemampuan menyerap air dan mempunyai kandungan unsur-unsur mikro dan makro yang dibutuhkan oleh tanaman (Sastraatmadja, Widawati dan Rachmat, 2001). Kulit singkong dapat diproses menjadi pupuk organik yang kemudian disebut sebagi pupuk kompos.
Penambahan bahan organik juga dapat meningkatkan kapasitas jerapan karena berbagai gugus fungsional yang dimilikinya. Penelitian memperlihatkan bahwa pada pH yang sama, kelarutan Cu lebih rendah di tanah dengan kandungan bahan organik tinggi dari pada di tanah dengan kandungan bahan organik rendah. Ini menunjukkan bahwa kandungan bahan organik di dalam tanah dapat menurunkan ketersediaan unsur hara mikro. Setiap kation dari unsur hara mikro dapat berkombinasi dengan senyawa organik (Rosmarkam, A. dan Yuwono, W.N. 2002: 118).
Cara pemberia atau penyebaran pupuk organik, dapat dilakukan dengan cara ditebarkan merata di permukaan tanah dengan dosis sesuai jenis tanaman; untuk pemupukan individu seperti tanaman dalam pot (jeruk, mangga, bunga, dsb), kompos disebarkan dibawah kanopi terluar dari daun. untuk hamparan tanaman padi sepuluh ton per hektar setiap 6 bulan; untuk tanaman bawang merah 20.000 kg/ha; untuk tanaman semangka 2 kg / bedengan (Marsono, 2001).
Disadari atas kepedulian terhadap lingkungan yang sangat tinggi, produk pertanian organik berkembang pesat dalam dasaarsa terakhir ini. Pertanian organik sesungguhnya adalah sesuatu sistem manajemen produksi berbasis ekologi yang dapat mempertahankan dan meningkatkan keanekaragaman hayati, biologi dan aktivitas biologik tanah. Dengan demikian dalam pertanian organik penggunaan dari bahan-bahan dari luar pertanian dikurangi serendah mungkin dan pengelolaanya ditangani sehingga dapat memperbaiki kembali, mempertahankan dan meningkatkan kelestarian lingkungan (Anonim, B, 2011).
Pupuk organik dapat merangsang aktivitas mikroorganisme sehingga kondisi kimia, fisika dan biologi tanah lebih baik. Secara umum, manfaat pupuk organik adalah sebagai berikut:
                        a. Menambah kesuburan tanah
Pupuk organik termasuk pupuk majemuk karena mengandung unsur hara makro dan mikro yang dapat memperbaiki setruktur kesuburan tanah. Pupuk organik dapat memperbaiki porositas tanah bersetruktur jelek, seperti tanah liat dengan penambahan bahan organik akan mengurangi kelengketan sehingga mudah diolah. Sementara pada tanah berpasir, penambahan pupuk organik dapat meningkatkan daya pegang tanah terhadap air dan hara (Rosmarkam, A. dan Yuwono, W.N, 2002: 118).


                        b. Memperbaiki kondisi kimia tanah
Pada tanah asam ion-ion yang dibutuhkan tanaman cenderung dalam kondisi terikat, dengan adanya pupuk organik akan terjadi sistem pengikatan dalam pelepasan ion dalam tanah sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman.
                        c. Memperbaiki kondisi Biologis tanah
Pupuk organik merangsang mikroorganisme tanah yang menguntungkan seperti Rhizobium, Mikoriza dan bakteri pengurani fosfat atau kalium. Konsentrasi oksigen dan karbondioksida dalam tanah berhubungan langsung dengan aktivitas biologi tanah.
                        d. Memperbaiki kondisi fisik tanah
Kemampuan mengikat air oleh pupuk organik dapat menjadikan    porositas    tanah    yang  lebih   baik  sehingga   akan
                     mendukungrespirasi dan pertumbuhan akar tanaman.
                        e. Pemakaiannya aman bagi manusia
Pemakaian pupuk organik tidak meninggalkan residu pada hasil panen sehingga tidak meninggalkan efek negative bagi kesehatan manusia.
                        f. Tidak mencemari lingkungan
                                    Pupuk organik tidak mencemari lingkungan. Sementara pupuk kimia terserap oleh tanaman sekitar 30-60% sisaya terserap dalam tanah atau hilang tercuci air. Lahan pertanian pesawahan yang memilikia aliran air yang banya dipakai kebutuhan sehari-hari akan membahayakan kesehatan jangka panjang (Ismawati, 2003).

I. Metode Penelitian
            1. Waktu dan Tempat Penelitian
                        Penelitian akan dilakukan pada bulan maret sampai bulan Juni tahun 2012. Yang akan dilaksanakan di Kampung Cikondang, Rt 04 Rw 04, Desa Bunter, Kec.Sukadana, Kab.Ciamis.
            2. Alat dan Bahan
                        Alat yang akan digunakan dalam penelitian diantaranya adalah Alat pengukur panjang, alat timbangan, alat tulis, cangkul, dan polybag, .
                         Sedangkan bahan yang akan dibutuhkan, yaitu kulit singkong dan Benih tanaman padi.
            3. Metode Penelitian
            Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, dengan menggunakan rancangan acak kelompok.  dengan perlakuan yang digunakan pada tanaman padi yaitu pemberian pupuk organik dari kulit singkong dengan perlakuan yang berbeda, yaitu:
-          Perlakuan A:  Kontrol (Tanpa pemberian pupuk kompos)
-          Perlakuan B: Pemberian Pupuk kompos bahan dasar kulit singkong sebanyak 45 gram.
-          Perlakuan C: Pemberian Pupuk kompos bahan dasar kulit singkong sebanyak 55 gram.
-          Perlakuan D: Pemberian Pupuk kompos bahan dasar kulit singkong sebanyak 65 gram.
-          Perlakuan E: Pemberian Pupuk kompos bahan dasar kulit singkong sebanyak 75 gram.
-          Perlakuan F: Pemberian Pupuk kompos bahan dasar kulit singkong sebanyak 85 gram.
Banyaknya pengulangan untuk setiap perlakuan dihitung sebagai berikut:
                        (t-1) (r-1) >  15
                        Ket      : t = Perlakuan             r = Ulangan   
Dari rumus diatas, banyaknya pengulangan yang akan dilakukan sebagai berikut:
(t-1) (r-1) >  15
(r-1) (6-1) >  15
(r-1) 5 > 15
                       5r - 5 >  15
5r >  15+5
5r >  20
r > 4
Jadi dalam penelitian ini akan digunakan pengulangan sebayak 4 kali sehingga jumlah plot 24.
4. Desain Penelitian
                        Penelitian ini menggunakan Rencana Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan. Seluruh percoabaan dilakukan dilahan pesawahan.






Perlakuan




1
C
2
2
A
2
3
D
2
4
B
2
5
A
2
6
D
2
7
B
1
8
C
1
9
B
1
10
C
1
11
D
1
12
A
1
13
A
3
14
B
3
15
D
3
16
C
3
17
C
3
18
A
3
19
B
4
20
D
4
21
D
4
22
B
4
23
C
4
24
A
4
Pengulangan           
           
                                    Gambar 1 (Desain Penelitian)
12
A
1
 
                        Ket:
                                                            No Plot atau Polybag
                                                             Perlakuan      
                                                            Ulangan          

5. Populasi dan Sampel
            Dalam Penelitian ini yang menjadi populasi adalah tanaman padi, yaitu 576, yang diberi 6 perlakuan yang berbeda dan 4 pengulangan.
            Sedangkan sample yang dibutuhkan yaitu 144 tanaman  padi.
            6. Variabel dan Parameter
            Variabel bebasnya adalah perbedaan pemberian pupuk kompos berbahan dasar kulit singkong, sedangkan variable terikatnya adalah pertumbuhan tanaman padi.
            Parameter yang diamati adalah tinggi taman, biomasa, pertama kali muncul bunga, dan jumlah malai per rumpun tanaman. Cara pengamatan yang akan dilakukan yaitu:
·               Pengukuran tinggi tanaman menggunakan alat ukur panjang dengan satuan cm, pengukuran dilakukan dari dasar tanah tanaman tumbuh sampai ujung daun termuda
·               Pengukuran biomasa tanaman,menggunakan alat ukur masa yaitu neraca dengan satuan g, pengukuran dilakukan dengan cara tanaman padi pertama-tama di cabut dari media tanam, kemudian tanah yang menempel pada akar dibersihkan, kemudian baru diukur dengan neraca.
·                Pengamatan pertama kali bunga muncul dilakukan dengan cara mengamati tanaman padi samapai tanman mulai berbunga.
·               Pengamatan Jumlah malai dilakukan dengan cara menghitung jumlah malai tiap rumpun, pengamatan dimulai dari hari60 sampai 90 setelah tanam.
            7. Langkah-langkah Penelitian       
      a. Proses Pengomposan Kulit singkong
Proses Pengomposan akan segera berlangsung setelah bahan kulit singkong yang dicampur Em4 dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimamfaatkan oleh mikroba mesofilik (Anonim, C, 2011).
Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat yang diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat sampai 50° Sampai 70° C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi atau penguraian bahan organik yang sangat
aktif. Mikroba-mikroba didalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi Karbondioksida, Uap air dan panas (Rosmarkam, A. dan Yuwono, W.N, 2002: 160).
Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur turun. Pada saat ini terjadi   pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusunan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30-40% dari bobot awal bahan (Farihatuloh, I (2010), Hal 20) .
b.      Penyiapan Benih
            Benih berasal dari tanaman yang baru dari varietas unggul dan sehat, kemungkinan fisiknya tinggi, cukup tua dan bebas dari hama. Pemilihan benih dilakukan dengan cara memilih kulit benih yang mengkilap, tidak keriput dan cacat (Anonim ª.(2007). Benih yang akan digunakan yaitu benih padi jenis Ciherang, dengan jumlah benih yang dibutuhkan sebanyak 288.
            Benih disiapkan dan kemudian direndam dengan air hangat selama 24 Jam. Setelah direndam benih padi ditiriskan selama 48Jam, baru benih siap di sebarkan.
c.       Pengolahan Media Tanam
            Polybag yang telah tersedia kemudian diisikan dengan tanah dari area pesawahan, sampai terisi benar-benar penuh.
d.      Teknik Penanaman
            Setelah benih benar-benar kering, benih disemaikan dahulu
dengan tempo waktu kurang lebih 20Hari. Setelah benih mulai tumbuh, benih siap ditanam di lahan pesawahan.
            Cara penanaman dilakukan dengan cara ditancapkan pada setiap polybag, deangan benih yang ditanam dalam satu polybag ditanam benih rata-rata sebanyak 6 buah bibit. Polybag yang tersedia yaitu 24, jadi untuk benih yang dibutuhkan untuk adalah sebanyak 576.
e.       Pemupukan
            Pemupukan dengan kulit singkong dilakukan sebelum penanaman benih, yang dilakukan dengan cara diaduk, dicampurkan dengan tanah ketika waktu pengisian tanah kedalam polybag.
f.       Pemeliharaan Tanaman
            Penyiangan rumput-rumput liar seperti jajagoan, sunduk gangsir, teki dan eceng gondok dilakukan 3 kali umur 4 minggu, 35 dan 55. Dan keadaan lahan harus tetap dalam keadaan basah dan lembab, sehingga pengairan harus tetap terjaga (Anonim, ª 2007).
g. Pengamatan
            Pengukuran terhadap tingi pertumbuhan tanaman padi dan biomasa tanaman padi akan dilakukan setiap 14 hari sekali. untuk pengamatan pertama kali muncul bunga dilakukan sampai bunga pertama muncul. Untuk pengukuran jumlah malai per rumpun dilakukan mulai dari hari ke 60 sampai hari ke 90 setelah tanam.
            Pengamatan penelitian akan dilakukan sampai tanaman padi umur 90 hari.
            8. Teknik Analisi Data
Setelah data diperoleh, dilakukan analisis statistik dengan menggunakan uji anava atau varians (Uji F).
Dengan langkah-langkah sebagai berikut (Gomez dan Gomez, 1995):
a)      Menentukan derajat bebas (d.b)
- d.b Umum     = (r).(t) – 1
- d.b Ulang      = r-1
- d.b Perlakuan= t – 1
- d.b Galat       = (r-1) (t-1)
b)      Menghitung faktor kolerasi (f.k)
- (f.k)   = G2  = G  
                                                    n      (r.t)
c)      Menentukan berbagai jumlah kuadrat
- Jk Umum      = ∑ iX2  -  (f.k)
- Jk Ulang  = ∑ R2   - (f.k)  
                        t          
- Jk Perlakuan  =  ∑ Ti2  -  (f.k)
- Jk Galat         = Jk Umum – Jk Ulang - Jk Perlakuan           
d)     Menentukan Kuadrat tengah (KT) untuk semua sumber keragaman
- Kt Ulang       = Jk Ulang  
                                                                d.b Ulang
- KT Perlakuan =  Jk Perlakuan   
                                                                        t - 1
- Kt Galat        =  Jk Galat  
                                                                (t-1) (r – 1)
e)      Menentukan nilai F hitung
                  F hitung     =  KT Perlakuan
                                                       KT Galat
f)       Menentukan nilai F table
g)      Menentukan Koefisien keragaman (KK)
       kk =    KT Perlakuan  x 100%
                                              KT Galat
h)      Justifikasi hasil Perhitungan f
- Jika F hitung < F tabel (0,05) maka ke empat perlakuan tidak berbeda  nyata (Non Significant)
- Jika F hitung (0,05) < F tabel (0,01) maka ke empat perlakuan berbeda nyata (Significant)
- Jika F hitung  < F tabel (0,01) maka ke empat perlakuan berbeda sangat nyata ( Higly Significant)
i)        Menentukan Uji rata-rata dengan uji Duncan
- Menghitung Sx  =     KT Perlakuan
                                                                  KT Galat
- Mencari nilai SSR (Signifcant Studentized Range) dari tabel (5% dan 1%)  dan LSR (Least Significant Range) / penentu beda rata-rata.

J. Agenda Kegiatan
Dalam hal pelaksanaan penelitian ini, penulis merancang dan merencanakan kegiatan penelitian dalam; Kalender Agenda Rencana Kegiatan Penelitian “Terlampir”.











Daftar Pustaka

Akanbi, et al. (2007). The Use of Compost Extract as Foliar Spray Nutrient Source and Botanical Insecticide in Telfairia occidentalis. World Journal of Agricultural Sciences.

Anonim, ª. (2007). Budidaya Padi. [Online]. Tersedia:          http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-padi. html

Anonim, B. (2011). Manfaat Kulit Singkong. [Online].         Tersedi: http://webcache.googleuresconten.com/2011/09/manfaat-kulit singkong.

Anonim, C. (2011). Kulit Singkong Sebagai Alternativ Pembuatan Kompos. [Online].       Tersedia: http://onthespotv.blogspot.com/2011/06/kulit-singkong-sebagai-alternative.html

Anonim, D. (2011). Rumus Uji Anava. [Online].       Tersedia: http://metodepenelitianx.blogspot.com/2011/10/ujiAnava

Centina, Matia. (2005). Pembuatan Kompos. Jakarta: Musi Prakasa Utama

Dachlan D dan Rosmarini N. (2011). Produksi Padi Meningkat Air Lebih Hemat. [Online].Tersedia:http://www.citarum.org/upload/knowledge/document/SRI_Produksi_Padi_Meningkat_Air_Lebih_Hemat.

Dermiyati dan Niswati, A. (2010). Kandungan C, N, P Dan K Kompos Berbagai Limbah Organik Dengan Menggunakan Dua Sepecies Cacing Tanah ( Lumbricus rubellus dan Eisenia fetida). [Online].      Tersedia: http://www.scribd.com/doc/31296907/Kandungan-C-N-P-DAN-K-Kompos-Berbagai-Limbah-Organik-Dengan-Menggunakan-Dua-Species-Cacing-Tanah-Lumbricus-rubellus-dan-Eisenia-fetida

Farihatuloh, I. (2010). Pengaruh Kmpos limbah padat Idustri Tepung Tapioka Terhadap Pertumbuhan Kacang Tanah (Arachis hypogaea L). Skripsi FKIP Unigal Ciamis: Tidak diterbitkan.

Gaib M. (2011). Uji Anava. [Online]. Tersedia:          http://statistik-kesehatan.blogspot.com/2011/03/uji-anava.html

Gomez, dan Gomez.(1995). Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Harjono. (2000). Sistem Pertanian Organik. Solo: Aneka
Nugraha, E. (1985). Setatistik Untuk Penelitian. Bandung: Cv Permadi.
Reisenaure, H.M. (1983). Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta. Terjemahan H.M. Saleh Bhrata Karya Aksara.

Rosmarkam, A. dan Yuwono, W.N. (2002). Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Kanisus.

Sastrohoetomo, A. (1968). Pupuk Buatan dan Penggunaanya. Jakarta: Djambatan.

Tejitrosoepomo, G. (2007).Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta: Gajah Mada Universiti Pres

Wardi. (1987). Membandingkan Agihan Unsur Timbal (Pb) dalam Organ Tanaman Jagung (Zea Mays L.) yang Dipupuk Limbah Kering Kawasan Industri Rungkut pada Tanah Regosol. Skripsi Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta: Tidak diterbitkan.

1 komentar:

  1. makasih gan...info niih memudahkan saya untuk membuat proposal..

    BalasHapus