A. Judul
Pengaruh Pemberian Kompos Berbahan Dasar
Kulit Singkong (Manihot utilisima)
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
B. Latar Belakang
Seperti halnya
manusia, tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman (Plant
nutrient). Berbeda dengan manusia yang menggunakan bahan organik, tanaman
menggunakan bahan anorganik untuk mendapatkan energi dan pertumbuhannya. Dengan
fotosintesis, tanaman mengumpulkan karbon yang ada diatmosfir yang kadarnya
yang sangat rendah, ditambah dengan air diubah menjadi bahan organik oleh
klorofil dengan bantuan sinar matahari. Unsur yang diserap untuk pertumbuhan
dan metabolisme tanaman dinamakan unsur hara tanaman.
Untuk meningkatan hasil panen tanaman padi, salah satunya
dikarnakan terpenuhnya berbagai unsur hara yang terkandung dalam tanah. Unsur
hara yang diperlukan dalam proses pertumbuhan tanaman khususnya tanaman padi
adalah: Karbon(C), Oksigen(O), Nitrogen(N), Fosfor(P), Kalium(K). Menurut
Rosmarkam A (2002:50) Menyatakan unsur hara yang paling terpenting dalam
peningkatan pertumbuhan tanaman, yaitu unsur Nitrogen. Selain unsur hara, pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, khususnya tanaman padi, juga dipengaruhi pH tanah, yaitu
berkisar 4 – 7.
Dengan
menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara tanaman
tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat satu unsur
hara tanaman, maka kegiatan metabolisme dan pertumbuhan akan terganggu atau
berhenti sama sekali (Rosmarkam, A dan Yuwono W.N, 2002: 29).
Tanaman Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan
atasnya antara 18 - 22 cm dengan pH tanah berkisar antara 4 – 7. Pada lapisan
tanah atas untuk pertanian pada umumnya mempunyai ketebalan antara 10-30 cm
dengan warna tanah coklat sampai kehitam-hitaman, tanah tersebut gembur.
Sedangkan kandungan air dan udara di dalam pori-pori tanah masing-masing 25%
(Anonim ª, 2007). Selain hal tersebut, tanaman padi tapat tumbuh baik dengan
unsur hara yang terkandung dalam tanah (habitat padi tumbuh). Lahan tanaman
padi disebut sawah, Sawah adalah
lahan
usaha pertanian yang secara fisik berpermukaan rata,
dibatasi oleh pematang,
serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman
budidaya lainnya.
Salah
satu cara peningkatan pertumbuhan tanaman padi, yaitu harus terpenuhinya unsur
hara dalam tanah. Salah satu cara untuk mengembalikan dan memperbiki unsur hara
yang tersedia dalam tanah, bisa dilakukan dengan pemberian pupuk organik.
Idealnya penggunaan pupuk organik yang dibutuhkan untuk satu hektar sawah
adalah minimal 10 ton, namun yang paling ideal untuk mendapatkan hasil yang
sangat baik dibutuhkan pupuk organik sebesar 20 ton per 1 hektar sawah
(Dachlan, D, 2011: 2).
Singkong (Manihot utilisima) disebut juga umbi
kayu atau ketela pohon merupakan bahan baku
pada industri makanan dan tepung tapioka. Kulit singkong merupakan Limbah singkong yang umumnya sudah tidak dimanfaatkan dan
terbuang. Kulit singkong tersusun atas dua jenis, yaitu kulit dalam dan kulit
luar. Persentase jumlah limbah kulit bagian luar sebesar 0,5-2% dari berat
total singkong segar dan limbah kulit bagian dalam sebesar 8-15% (Farihatuloh.
I, 2010: 3).
Limbah
berdasarkan nilai ekonomisnya dibagi menjadi dua, yaitu limbah yang mempunyai
nilai ekonomis dan limbah nonekonomis. Limbah ekonomis adalah limbah yang
dengan proses lanjut akan memberikan mamfaat. Contohnya kulit
singkong.sedangkan limbah nonekonomis adalah limbah yang diolah dengan proses
apapun tidak akan memberikan nilai tambah.
Berdasarkan hasil penelitian (Akanbi, 2007: 642), Kulit singkong dapat
dijadikan bahan pembuatan pupuk organik. Hal ini dikarenakan kulit kulit
singkong bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tumbuhan yang berpotensi
sebagai insektisida tumbuhan tanaman. Kulit singkong memiliki kandungan
yang di butuhkan tanaman diantaranya yaitu; C (Karbon) sebesar 59,31% yang berarti
terdapat carbon yang tinggi pada kulit singkong, pada H (Hidrogen) sebesar
9,78%, O (Oksigen) sebesar 28,74% , N (Nitrogen) sebesar 2,06 % , S (Sulfur)
sebesar 0,11% dan H2O (Air) sebesar 11,4%.
Kulit singkong memiliki beberapa kandungan unsur hara yang diperlukan
tanaman, maka kulit singkong dapat dijadikan bahan dasar pupuk organik. Pupuk
organik menurut arti yang khusus adalah suatu bahan yang mengandung satu unsur
atau lebih hara tanaman. Berdasarkan asalnya, pupuk organik di golongkan
menjadi lima,
yaitu: Pupuk organik sisa hasil pertanian, pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk
gambut dan pupuk limbah industri (Cantina, M, 2005). Pupuk organik menurut arti
yang umum merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan
jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami (Musnamar, 2003).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana
pengaruh penambahan kulit singkong terhadap pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L).
D. Tujuan
Penelitian
Adapun
tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Untuk
mengetahui pengaruh penambahan kulit singkong terhadap pertumbuhan tanaman padi
(Oryza sativa L).
E. Kegunaan Penelitian
Adapun
kegunaan penelitian ini pada intinya, sebagai berikut:
1. Kegunaan
Teoritis
Hasil penelitian
ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu biologi yang dimiliki terutama ilmu kesuburan
tanah dan ilmu ekologi yang berkaitan dengan pengaruh penambahan pupuk organik
bahan hijauan (Kulit singkong) terhadap
pertumbuhan tanaman.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian
ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan
masukan bagi penulis dan pembaca (Petani
tanaman padi) untuk meningkatkan hasil usaha dengan memampfaatkan kulit
singkong sebaga bahan dasar pupuk organik.
3. Kegunaan dalam bidang Pendidikan
Sebagai bahan
pengayaan dalam mata pelajaran Biologi SMA XII khususnya pada konsep pengaruh
pertumbuhan dan perkembangan tanaman akibat penambahan pupuk organik bahan
hijauan yaitu Kulit singkong.
F. Kerangka Pemikiran
Setiap tanaman memerlukan
unsur hara mineral, unsur hara esensial yang diperlukan tanaman dalam jumlah
besar, yang disebut unsur makro, seperti N, P, K, Ca, Mg, dan S. Sedangkan
unsur yang diperlukan dalam jumlah yang sedikt disebut unsur mikro, yaitu Fe,
Mn, Zn, B, Co, Al, Cu, Mo, B, fan Cl. (Rosmarkam, A. dan Yuwono, W.N. (2002),
hal 30). Sedangkan unsur yang berperan paling penting dalam peningkatan
pertumbuhan tanaman padi yaitu; Karbon(C), Oksigen(O), Nitrogen(N), Fosfor(P), Kalium(K) (Anonim A, 2007).
Kandungan unsur hara dalam tanah
berbeda-beda, tergantung pada jenis hara, jenis tanaman, kesuburan tanah atau
jenis tanah, pengolahan tanah dan pelestarian atau pemulihan unsur hara. Semakin
kompleks penyediaan kandungan unsur hara, maka akan semakin tinggi tingkat
kesuburan tanah, yang menyebabkan proses metabolisme dan pertumbuhan tanaman
akan berlangsung baik. Untuk penyediaan unsur
hara dalam tanah, maka diperlukan pemberian pupuk, diantaranya berasal dari
limbah kulit singkong. (Farihatuloh, I, 2010: 6).
Idealnya
penggunaan pupuk organik yang dibutuhkan untuk satu hektar sawah adalah minimal
10 ton, namun yang paling ideal untuk mendapatkan hasil yang sangat baik
dibutuhkan pupuk organik sebesar 20 ton per 1 hektar sawah (Dachlan D, 2011:
2). Untuk jarak tanam yang ideal, tanaman padi di tanam dengan jarak tanam 18cm
x 18 cm, dengan jumlah tiap rumpun berjumlah 12 tanman padi, sehingga kebutuhan
pupuk organik tiap tanaman yaitu 65 gram.
Umbi Singkong biasanya hanya diambil dagingnya saja
untuk digoreng atau direbus. Sedangkan kulitnya dibuang begitu saja atau di
jadikan makanan untuk hewan ternak. Kulit singkong selama ini memang sering
disepelekan dan dianggap sebagai limbah dari tanaman singkong.
Sampah kulit singkong sebenarnya
termasuk dalam kategori sampah organik karena sampah ini dapat terdegradasi
(membusuk/hancur) secara alami. Pengolahan limbah kulit singkong dapat dimanfaatkan
sebagai kompos (Anonim B, 2011).
Menurut
hasil penelitian Akanbi (2007:642), menyatakan bahwa kulit singkong memiliki
beberapa unsur hara yang diperlukan tanaman, yaitu; Karbon(C), Nitrogen(N),
Hidrogen(H), Oksigen(O), Air(H20) dan Sulfur(S).
Berdasarkan
hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa kulit singkong dapat membantu
memperbaiki dan menambah unsur hara yang terdapat dalam tanah, sehingga kulit
singkong dapat digunakan sebagai alternatif sebagai pupuk organik hal ini
dikarnakan tanaman tanaman memerlukan nutrisi atau
unsur hara selama masa hidupnya. Unsur hara atau nutrisi berperan penting dalam
hal pertumbuhan dan perkembangan terutama tanaman padi.
Selain
Penelitian Akanbi, Parihatuloh I (2010; 45), melakukan penelitian terhadap
Pengaruh kompos limbah padat industri tepung tapioca terhadap pertumbuhan tanaman
kacang tanah, dengan kesimpulan bahwa semakin banyak persentasi kadar pemberian
kulit singkong, maka pengaruh pertumbuhan tanaman kacang tanah semakin baik,
dibandingkan dengan pemberian ampas onggok (limbah padat industri tepung
tapioka).
G.
Hipotesis
Berdasarkan
kerangka pikiran diatas dapat dibuat hipotesis sebagai beriku “Terdapat
pengaruh yang positif dari pengaruh penambahan kulit singkong terhadap pertumbuhan
tnaman padi (Oryza sativa L).
H.
Tinjauan Teoritis
1. Tinjauan Biologis Padi (Oryza sativa L)
A.
Klasifikasi Padi
Menurut Tjitrosoepomo
G (2007: 440), dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman padi diklasifikasikan
sebagai berikut:
Divisio : Spermatophytae
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Famili : Graminae
Genus : Oryza Linn
Spesies :
Oryza sativa L.
B. Morfologi Padi
Akar tanaman padi berfungsi menyerap air dan unsur haradari dalam tanah. Unsur hara tanaman pada
dasarnya berasal dari mineral tananh yang mengalami pelapukan dan bahan organik
yang mengalami mineralisasi.
Pertumbuhan tanaman padi dimulai dari proses
perkecambahan benih. kemudian Akar pertama muncul yaitu akar tunggang kemudian
setelah lima
sampai enam hari akan tumbuh akar serabut. Akar ini hanya dapat menembus
lapisan tanah bagian atas atau lapisan olah tanah yaitu berkisar antara 10 - 11
cm. Pada umur 30 hari setelah tanam, akar akan dapat menembus hingga kedalaman
18 Cm dan pada umur 50 hari akar sudah mulai dapat menembus lapisan tanah di
bawahnya (sub soil) yaitu berkisar 25 Cm (Anonim ª, 2007).
Daun padi
mula-mula muncul pada saat perkecambahan. Daun tanaman padi tumbuh pada
batang dengan susunan yang berselang-seling, satu daun pada tiap buku.
Pertumbuhan daun yang satu dengan daun berikutnya (daun baru) mempunyai selang
waktu Tujuh hari dan kemudian akan muncul daun baru lainnya (Suharno, 2005).
Batang tanaman padi mempunyai batang yang beruas-ruas
panjang, Batang tanaman padi terbentuk dari umur sepuluh hari dan maksimum pada
umur limapuluh sampai enampuluh hari sesudah tanam. Sebagian dari batang
tanaman padi yang telah mencapai batas maksimum akan berkurang karena
pertumbuhannya yang lemah, bahkan mati. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya disebabkan karena persaingan antara anakan, saling terlindung,
kekurangan nitrogen dan juga jarak tanam (Hasyim, 2000).
Anakan muncul pada batang utama dalam urutan yang
bergantian. Anakan
primer tumbuh dari buku terbawah dan memunculkan anakan sekunder. Anakan
sekunder ini pada gilirannya akan menghasilkan anakan tersier (Suharno, 2005).
Anakan terbentuk dari umur 10 hari dan maksimum pada umur 50 – 60 hari sesudah
tanam. Sebagian dari anakan yang telah mencapai batas maksimum akan berkurang
karena pertumbuhannya yang lemah, bahkan mati. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya disebabkan karena persaingan antara anakan, saling
terlindung, kekurangan nitrogen dan juga jarak tanam (Tjitrosoepomo G, 2002:450).
Bunga padi merupakan bunga telanjang yang mempunyai
satu bakal buah, enam buah benang sari serta dua tangkai putik. Bunga padi
secara keseluruhan disebut malai. Malai terdiri dari delapan samapi sepuluh
buku yang menghasilkan cabang – cabang primer selanjutnya menghasilkan cabang –
cabang sekunder. Dari buku pangkal malai akan muncul hanya satu cabang primer,
tetapi dalam keadaan tertentu buku tersebut dapat menghasilkan dua sampai tiga
cabang primer. Jumlah cabang setiap
malai berkisar antara lima belas sampai dua puluh buah dan setiap malai bisa
mencapai 100 - 120 bunga (Tobing, 1995).
Gabah atau
buah padi adalah ovary yang telah masak, bersatu dengan lemma dan
palea. Buah ini merupakan hasil penyerbukan dan pembuahan.
C. Syarat tumbuh tanaman Padi
Pertumbuhan
kehidupan tanaman padi sangat berhubungan dengana kesuburan tanah dan
ketersediaan unsur hara. Unsur hara yang paling berperan dalam proses
pertumbuhan yaitu; Karbon(C), Oksigen(O), Nitrogen(N), Fosfor(P), Kalium(K).
Tanaman Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 m dpl
dengan temperatur 19 - 27 ºC, memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa
naungan. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Tanaman padi membutuhkan curah hujan berkisar 200 mm /bulan
atau lebih, dengan distibusi selama empat bulan, dengan curah hujan pertahun sekitar
1500 - 2000 mm (Anonim ª, 2007).
Padi dapat tumbuh baik pada tanah yang ketebalan
lapisannya atasnya antara delapan belas sampai duapuluh dua cm dengan pH tanah
berkisar antara empat sampai tujuh. Pada tanah yang asam efisiensi bakteri
dalam mengikat N dari udara berkurang. Sedangkan pada tanah yang terlalu basa,
unsur haranya kurang tersedia.
Pada lapisan tanah atas untuk pertanian pada umumnya
mempunyai ketebalan antara sepuluh sampai tigapuluh cm dengan warna tanah
coklat sampai kehitam-hitaman, tanah tersebut gembur. Sedangkan kandungan air
dan udara di dalam pori-pori tanah masing-masing 25% TjitrosoepomoG, 2002 464).
Selain hal tersebut, tanaman padi tapat tumbuh baik denagn pemberian pupuk
organik.
2.
Kandungan Kulit singkong (Manihot
Utilisima)
Kulit
singkong merupakan limbah singkong yang umumnya sudah
tidak dimanfaatkan dan terbuang, dalam hal ini yang dimaksudkan. Kulit singkong
tersusun atas dua jenis,t yaitu kulit dalam dan kulit luar. Presentase jumlah
limbah kulit bagian luar sebesar 0,5-2% dari berat total singkong segar dan
limbah kulit bagian dalam sebesar 8-15% (Farihatuloh I, 2010: 17).
Berdasarkan hasil penelitian (Akanbi, 2007:642), Kulit
singkong dapat dijadikan bahan pembuatan pupuk organik. Hal ini dikarenakan
kulit kulit singkong bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tumbuhan
yang berpotensi sebagai insektisida tumbuhan tanaman. Kulit singkong memiliki
kandungan yang di butuhkan tanaman diantaranya yaitu sebagai berikut:
Kandungan C (Karbon) sebesar 59,31% yang berarti terdapat karbon yang tinggi
pada kulit singkong, H (Hidrogen) sebesar 9,78%, O (Oksigen) sebesar 28,74% , N
(Nitrogen) sebesar 2,06 % , S (Sulfur) sebesar 0,11% dan H2O (Air)
sebesar 11,4%.
Karbon (C)
diambil oleh tanaman berupa CO2 dari udara (atmosfir). Kegiatan
ini dilakukan oleh organ tanaman yang memiliki klorofil. Klorofil mampu
menyerap energi cahaya dan mengubahnya menjadi energi kimia. Tanpa adanya CO2
di udara, maka kehidupan tanaman akan terhenti. Menurut Konova (1966:48) sumber utama CO2
di alam berasal dekomposisi bahan organik sisa sisa-sisa tanaman atau hewan dan
dari respirasi invertebrata, bakteri serta fungi.
Atom
Hidrogen (H) diserap tanaman padi berupa air (H2O). Atom H
merupakan unsur penting penyusun molekul organik (CHO). Mengel dan Kirkbi (1987:
50) menganggap bahwa air merupakan hara tanaman seperti juga CO2, NH2.
Air yang digunakan untuk proses fotosintesis sekitar 0,01% dari seluruh
keperluan air yang digunakan oleh tanaman dan berfungsi sebagai pelarut senyawa
anorhganik,organik gula, pengangkut hara tanaman, reaksi biokimia dan
hidratasi.
Nitrogen (N) merupakan hara makro utama yang sangat
penting untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk
ion NO3- atau NH4+ dari tanah. Kadar N dalam jaringan tanaman rata-rata harus
memiliki kadar 2% - 4%. Menurut Mengel dan Kirkby (1987), pada pH rendah,
nitrat diserap lebih cepat dibandingkan dengan amonium; sedangkan pH netral,
kemungkinan penyerapan keduanya seimbang. Pemupukan N akan menaikan produksi
dan pertumbuhan tanaman.
Sulfur (S) diserap tanaman dalam bentuk SO4-
dari tanah oleh akar, yang kemudian akan direduksi dan diubah menjadi ikanatan
S-S- atau S-H. Di dalam tanah, sebagian sulfur dalam bentuk senyawa organik dan
sebagian lagi dalam bentuk anorganik. Peranan utama S bagi tanaman padi yaitu menaikan kadar methionin, sistein dan
total S dalam jaringan tanaman. S juga berperan penting dalam pembentukan
ikatan disulfida antara rantai protein (Rosmarkam, A. dan Yuwono, W.N, 2002: 66).
3. Pupuk Kompos Organik.
Dikarnakan kulit singkong memiliki beberapa kandungan
unsur hara yang diperlukan tanaman,
maka kulit singkong dapat dijadikan bahan dasar pupuk organik.
Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang
diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara
alami. Dapat dikatakan bahwa pupuk organik merupakan salah satu bahan
terpenting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah secara aman, dalam arti
produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya
bagi kesehatan manusia (Musnamar, 2003).
Pupuk organik yang berbahan dari kulit singkong adalah
pupuk alami yang dapat menambah unsur hara di dalam tanah. Kompos mempunyai
kemampuan menyerap air dan mempunyai kandungan unsur-unsur mikro dan makro yang
dibutuhkan oleh tanaman (Sastraatmadja, Widawati dan Rachmat, 2001). Kulit singkong dapat diproses menjadi pupuk organik yang
kemudian disebut sebagi pupuk kompos.
Penambahan bahan organik juga dapat meningkatkan
kapasitas jerapan karena berbagai gugus fungsional yang dimilikinya. Penelitian
memperlihatkan bahwa pada pH yang sama, kelarutan Cu lebih rendah di tanah
dengan kandungan bahan organik tinggi dari pada di tanah dengan kandungan bahan
organik rendah. Ini menunjukkan bahwa kandungan bahan organik di dalam tanah
dapat menurunkan ketersediaan unsur hara mikro. Setiap kation dari unsur hara
mikro dapat berkombinasi dengan senyawa organik (Rosmarkam,
A. dan Yuwono, W.N. 2002: 118).
Cara pemberia atau penyebaran pupuk organik, dapat
dilakukan dengan cara ditebarkan merata di permukaan tanah dengan dosis sesuai
jenis tanaman; untuk pemupukan individu seperti tanaman dalam pot (jeruk,
mangga, bunga, dsb), kompos disebarkan dibawah kanopi terluar dari daun. untuk
hamparan tanaman padi sepuluh ton per hektar setiap 6 bulan; untuk tanaman
bawang merah 20.000 kg/ha; untuk tanaman semangka 2 kg / bedengan (Marsono,
2001).
Disadari atas kepedulian terhadap lingkungan
yang sangat tinggi, produk pertanian organik berkembang pesat dalam dasaarsa
terakhir ini. Pertanian organik sesungguhnya adalah sesuatu sistem manajemen
produksi berbasis ekologi yang dapat mempertahankan dan meningkatkan
keanekaragaman hayati, biologi dan aktivitas biologik tanah. Dengan demikian
dalam pertanian organik penggunaan dari bahan-bahan dari luar pertanian
dikurangi serendah mungkin dan pengelolaanya ditangani sehingga dapat
memperbaiki kembali, mempertahankan dan meningkatkan kelestarian lingkungan
(Anonim, B, 2011).
Pupuk organik dapat merangsang aktivitas
mikroorganisme sehingga kondisi kimia, fisika dan biologi tanah lebih baik.
Secara umum, manfaat pupuk organik adalah sebagai berikut:
a. Menambah kesuburan tanah
Pupuk organik termasuk pupuk majemuk
karena mengandung unsur hara makro dan mikro yang dapat memperbaiki setruktur
kesuburan tanah. Pupuk organik dapat memperbaiki porositas tanah bersetruktur
jelek, seperti tanah liat dengan penambahan bahan organik akan mengurangi
kelengketan sehingga mudah diolah. Sementara pada tanah berpasir, penambahan
pupuk organik dapat meningkatkan daya pegang tanah terhadap air dan hara (Rosmarkam, A. dan Yuwono, W.N, 2002: 118).
b. Memperbaiki kondisi kimia tanah
Pada tanah asam ion-ion yang dibutuhkan
tanaman cenderung dalam kondisi terikat, dengan adanya pupuk organik akan
terjadi sistem pengikatan dalam pelepasan ion dalam tanah sehingga dapat mendukung
pertumbuhan tanaman.
c. Memperbaiki kondisi Biologis
tanah
Pupuk organik merangsang mikroorganisme
tanah yang menguntungkan seperti Rhizobium, Mikoriza dan bakteri pengurani
fosfat atau kalium. Konsentrasi oksigen dan karbondioksida dalam tanah berhubungan
langsung dengan aktivitas biologi tanah.
d. Memperbaiki kondisi fisik tanah
Kemampuan mengikat air oleh pupuk organik
dapat menjadikan porositas
tanah yang lebih baik sehingga akan
mendukungrespirasi dan
pertumbuhan akar tanaman.
e. Pemakaiannya aman bagi manusia
Pemakaian pupuk organik tidak
meninggalkan residu pada hasil panen sehingga tidak meninggalkan efek negative
bagi kesehatan manusia.
f. Tidak mencemari lingkungan
Pupuk organik tidak mencemari
lingkungan. Sementara pupuk kimia terserap oleh tanaman sekitar 30-60% sisaya
terserap dalam tanah atau hilang tercuci air. Lahan pertanian pesawahan yang
memilikia aliran air yang banya dipakai kebutuhan sehari-hari akan membahayakan
kesehatan jangka panjang (Ismawati, 2003).
I.
Metode Penelitian
1.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan
maret sampai bulan Juni tahun 2012. Yang akan dilaksanakan di Kampung
Cikondang, Rt 04 Rw 04, Desa Bunter, Kec.Sukadana, Kab.Ciamis.
2.
Alat dan Bahan
Alat
yang akan digunakan dalam penelitian diantaranya adalah Alat pengukur panjang,
alat timbangan, alat tulis, cangkul, dan polybag, .
Sedangkan bahan yang akan dibutuhkan, yaitu
kulit singkong dan Benih tanaman padi.
3.
Metode Penelitian
Metode
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, dengan
menggunakan rancangan acak kelompok. dengan perlakuan yang digunakan pada tanaman
padi yaitu pemberian pupuk organik dari kulit singkong dengan perlakuan yang
berbeda, yaitu:
-
Perlakuan A: Kontrol
(Tanpa pemberian pupuk kompos)
-
Perlakuan B: Pemberian Pupuk kompos bahan dasar kulit
singkong sebanyak 45 gram.
-
Perlakuan C: Pemberian Pupuk kompos bahan dasar kulit
singkong sebanyak 55 gram.
-
Perlakuan D: Pemberian Pupuk kompos bahan dasar kulit
singkong sebanyak 65 gram.
-
Perlakuan E: Pemberian Pupuk kompos bahan dasar kulit
singkong sebanyak 75 gram.
-
Perlakuan F: Pemberian Pupuk kompos bahan dasar kulit
singkong sebanyak 85 gram.
Banyaknya pengulangan
untuk setiap perlakuan dihitung sebagai berikut:
(t-1) (r-1) > 15
Ket :
t = Perlakuan r = Ulangan
Dari
rumus diatas, banyaknya pengulangan yang akan dilakukan sebagai berikut:
(t-1)
(r-1) > 15
(r-1) (6-1)
> 15
(r-1) 5
> 15
5r - 5 > 15
5r > 15+5
5r > 20
r > 4
Jadi dalam penelitian ini akan digunakan
pengulangan sebayak 4 kali sehingga jumlah plot 24.
4. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rencana
Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan. Seluruh percoabaan dilakukan dilahan
pesawahan.
1
C
2
|
2
A
2
|
3
D
2
|
4
B
2
|
5
A
2
|
6
D
2
|
7
B
1
|
8
C
1
|
9
B
1
|
10
C
1
|
11
D
1
|
12
A
1
|
13
A
3
|
14
B
3
|
15
D
3
|
16
C
3
|
17
C
3
|
18
A
3
|
19
B
4
|
20
D
4
|
21
D
4
|
22
B
4
|
23
C
4
|
24
A
4
|
Gambar 1 (Desain Penelitian)
|
No
Plot atau Polybag
Perlakuan
Ulangan
5. Populasi dan Sampel
Dalam
Penelitian ini yang menjadi populasi adalah tanaman padi, yaitu 576, yang
diberi 6 perlakuan yang berbeda dan 4 pengulangan.
Sedangkan sample yang dibutuhkan
yaitu 144 tanaman padi.
6.
Variabel dan Parameter
Variabel
bebasnya adalah perbedaan pemberian pupuk kompos berbahan dasar kulit singkong,
sedangkan variable terikatnya adalah pertumbuhan tanaman padi.
Parameter yang diamati adalah tinggi
taman, biomasa, pertama kali muncul bunga, dan jumlah malai per rumpun tanaman.
Cara pengamatan yang akan dilakukan yaitu:
·
Pengukuran tinggi tanaman menggunakan alat ukur
panjang dengan satuan cm, pengukuran dilakukan dari dasar tanah tanaman tumbuh
sampai ujung daun termuda
·
Pengukuran biomasa tanaman,menggunakan alat ukur
masa yaitu neraca dengan satuan g, pengukuran dilakukan dengan cara tanaman
padi pertama-tama di cabut dari media tanam, kemudian tanah yang menempel pada
akar dibersihkan, kemudian baru diukur dengan neraca.
·
Pengamatan pertama kali bunga
muncul dilakukan dengan cara mengamati tanaman padi samapai tanman mulai
berbunga.
·
Pengamatan
Jumlah malai dilakukan dengan cara menghitung jumlah malai tiap rumpun,
pengamatan dimulai dari hari60 sampai 90 setelah tanam.
7. Langkah-langkah Penelitian
a.
Proses Pengomposan Kulit singkong
Proses Pengomposan akan segera berlangsung setelah
bahan kulit singkong yang dicampur Em4 dicampur. Proses pengomposan secara
sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap
pematangan. Selama tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah
terdegradasi akan segera dimamfaatkan oleh mikroba mesofilik (Anonim, C, 2011).
Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat yang
diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat sampai 50° Sampai 70° C. Suhu akan tetap tinggi selama
waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik,
yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi
atau penguraian bahan organik yang sangat
aktif. Mikroba-mikroba didalam
kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi
Karbondioksida, Uap air dan panas (Rosmarkam, A. dan
Yuwono, W.N, 2002: 160).
Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu
akan berangsur turun. Pada saat ini terjadi
pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus.
Selama proses pengomposan akan terjadi penyusunan volume maupun biomassa bahan.
Pengurangan ini dapat mencapai 30-40% dari bobot awal bahan (Farihatuloh, I
(2010), Hal 20) .
b.
Penyiapan Benih
Benih berasal dari tanaman yang baru
dari varietas unggul dan sehat, kemungkinan fisiknya tinggi, cukup tua dan
bebas dari hama.
Pemilihan benih dilakukan dengan cara memilih kulit benih yang mengkilap, tidak
keriput dan cacat (Anonim ª.(2007). Benih yang akan digunakan yaitu benih padi
jenis Ciherang, dengan jumlah benih yang dibutuhkan sebanyak 288.
Benih disiapkan dan kemudian
direndam dengan air hangat selama 24 Jam. Setelah direndam benih padi ditiriskan selama 48Jam, baru benih siap di
sebarkan.
c.
Pengolahan Media Tanam
Polybag yang telah tersedia kemudian
diisikan dengan tanah dari area pesawahan, sampai terisi benar-benar penuh.
d.
Teknik Penanaman
Setelah benih benar-benar kering,
benih disemaikan dahulu
dengan
tempo waktu kurang lebih 20Hari. Setelah benih mulai tumbuh, benih siap ditanam
di lahan pesawahan.
Cara penanaman dilakukan dengan cara
ditancapkan pada setiap polybag, deangan benih yang ditanam dalam satu polybag
ditanam benih rata-rata sebanyak 6 buah bibit. Polybag yang tersedia yaitu 24,
jadi untuk benih yang dibutuhkan untuk adalah sebanyak 576.
e.
Pemupukan
Pemupukan dengan kulit singkong
dilakukan sebelum penanaman benih, yang dilakukan dengan cara diaduk,
dicampurkan dengan tanah ketika waktu pengisian tanah kedalam polybag.
f.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiangan rumput-rumput liar
seperti jajagoan, sunduk gangsir, teki dan eceng gondok dilakukan 3 kali umur 4
minggu, 35 dan 55. Dan keadaan lahan harus tetap dalam keadaan basah dan
lembab, sehingga pengairan harus tetap terjaga (Anonim, ª 2007).
g.
Pengamatan
Pengukuran terhadap tingi
pertumbuhan tanaman padi dan biomasa tanaman padi akan dilakukan setiap 14 hari
sekali. untuk pengamatan pertama kali muncul bunga dilakukan sampai bunga
pertama muncul. Untuk pengukuran jumlah malai per rumpun dilakukan mulai dari
hari ke 60 sampai hari ke 90 setelah tanam.
Pengamatan penelitian akan dilakukan
sampai tanaman padi umur 90 hari.
8.
Teknik Analisi Data
Setelah data diperoleh, dilakukan analisis statistik
dengan menggunakan uji anava atau varians (Uji F).
Dengan langkah-langkah sebagai berikut (Gomez dan
Gomez, 1995):
a) Menentukan derajat bebas (d.b)
- d.b Umum = (r).(t) – 1
- d.b Ulang = r-1
- d.b
Perlakuan= t – 1
- d.b Galat = (r-1) (t-1)
b) Menghitung faktor kolerasi (f.k)
- (f.k) = G2 = G2
n (r.t)
c) Menentukan berbagai jumlah kuadrat
- Jk Umum =
∑ iX2 - (f.k)
-
Jk Ulang = ∑ R2 -
(f.k)
t
- Jk Perlakuan = ∑
Ti2 - (f.k)
- Jk Galat = Jk Umum – Jk
Ulang - Jk Perlakuan
d) Menentukan Kuadrat tengah (KT) untuk semua
sumber keragaman
-
Kt Ulang = Jk Ulang
d.b Ulang
- KT Perlakuan = Jk
Perlakuan
t - 1
- Kt Galat =
Jk Galat
(t-1) (r – 1)
e) Menentukan nilai F hitung
F hitung = KT Perlakuan
KT Galat
f) Menentukan nilai F table
g) Menentukan Koefisien keragaman (KK)
kk =
√ KT Perlakuan x 100%
KT Galat
h) Justifikasi hasil Perhitungan f
- Jika F hitung < F tabel (0,05) maka ke empat perlakuan tidak berbeda nyata (Non
Significant)
- Jika F hitung (0,05) < F tabel (0,01) maka ke empat perlakuan berbeda nyata (Significant)
- Jika F hitung < F tabel (0,01) maka ke empat perlakuan berbeda sangat
nyata ( Higly Significant)
i)
Menentukan Uji rata-rata dengan uji Duncan
- Menghitung Sx = √ KT
Perlakuan
KT Galat
- Mencari
nilai SSR (Signifcant Studentized Range)
dari tabel (5% dan 1%) dan LSR (Least Significant Range) / penentu beda
rata-rata.
J. Agenda Kegiatan
Dalam hal pelaksanaan
penelitian ini, penulis merancang dan merencanakan kegiatan penelitian dalam; Kalender
Agenda Rencana Kegiatan Penelitian “Terlampir”.
Daftar Pustaka
Akanbi, et al.
(2007). The Use of Compost Extract as Foliar Spray Nutrient Source and
Botanical Insecticide in Telfairia occidentalis. World Journal of Agricultural Sciences.
Anonim, ª. (2007). Budidaya Padi. [Online]. Tersedia:
http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-padi.
html
Anonim, B. (2011). Manfaat Kulit Singkong.
[Online]. Tersedi: http://webcache.googleuresconten.com/2011/09/manfaat-kulit
singkong.
Anonim, C. (2011). Kulit Singkong Sebagai
Alternativ Pembuatan Kompos. [Online]. Tersedia:
http://onthespotv.blogspot.com/2011/06/kulit-singkong-sebagai-alternative.html
Anonim, D.
(2011). Rumus Uji Anava. [Online]. Tersedia: http://metodepenelitianx.blogspot.com/2011/10/ujiAnava
Centina, Matia.
(2005). Pembuatan Kompos. Jakarta: Musi Prakasa Utama
Dachlan D dan Rosmarini N. (2011). Produksi
Padi Meningkat Air Lebih Hemat. [Online].Tersedia:http://www.citarum.org/upload/knowledge/document/SRI_Produksi_Padi_Meningkat_Air_Lebih_Hemat.
Dermiyati dan Niswati, A.
(2010). Kandungan C, N, P Dan K Kompos Berbagai Limbah Organik
Dengan Menggunakan Dua Sepecies Cacing Tanah ( Lumbricus
rubellus dan Eisenia fetida). [Online]. Tersedia:
http://www.scribd.com/doc/31296907/Kandungan-C-N-P-DAN-K-Kompos-Berbagai-Limbah-Organik-Dengan-Menggunakan-Dua-Species-Cacing-Tanah-Lumbricus-rubellus-dan-Eisenia-fetida
Farihatuloh, I.
(2010). Pengaruh Kmpos limbah padat Idustri Tepung Tapioka Terhadap Pertumbuhan
Kacang Tanah (Arachis hypogaea L).
Skripsi FKIP Unigal Ciamis: Tidak diterbitkan.
Gaib M. (2011). Uji Anava. [Online]. Tersedia: http://statistik-kesehatan.blogspot.com/2011/03/uji-anava.html
Gomez, dan
Gomez.(1995). Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Harjono. (2000). Sistem Pertanian Organik. Solo: Aneka
Nugraha, E. (1985). Setatistik Untuk Penelitian. Bandung: Cv Permadi.
Reisenaure,
H.M. (1983). Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta. Terjemahan H.M. Saleh Bhrata
Karya Aksara.
Rosmarkam, A.
dan Yuwono, W.N. (2002). Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Kanisus.
Sastrohoetomo, A. (1968). Pupuk Buatan dan
Penggunaanya. Jakarta:
Djambatan.
Tejitrosoepomo,
G. (2007).Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta: Gajah Mada Universiti Pres
Wardi. (1987). Membandingkan Agihan Unsur
Timbal (Pb) dalam Organ Tanaman Jagung (Zea Mays L.) yang Dipupuk Limbah Kering
Kawasan Industri Rungkut pada Tanah Regosol. Skripsi Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta: Tidak diterbitkan.
makasih gan...info niih memudahkan saya untuk membuat proposal..
BalasHapus